Minggu, 05 Februari 2012

Potret Pelajar Indonesia: Menantang Maut Demi Sekolah


Bukalah mata hati kita
Lihat perjuangan mereka !!!


Menantang maut, mempertaruhkan nyawa hanya untuk satu tujuan, tetap bersekolah...


Lihat juga foto-foto yang lainnya.
Klik "Open" untuk melihat foto.

Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket

Menantang maut, itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para pelajar dari Kampung Waru, Desa Sangiangtanjung, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Sebab untuk pergi dan pulang sekolah mereka harus melintasi sebuah jembatan gantung yang miring karena talinya putus. Mereka tidak punya pilihan lain, daripada harus memutar sejauh 6 kilometer untuk sampai ke sekolah.

Hmm... saya sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Hanya ada dua kata yang terlintas dalam benak saya, takjub dan miris. Takjub dengan keberanian dan perjuangan mereka hanya agar bisa tetap bersekolah, sekaligus miris menyaksikan kenyataan yang ada.

Kadang saya suka membayangkan, akan menjadi lebih ironis lagi ketika mereka, para pelajar tersebut tiba di sekolah, guru yang seharusnya mengajar, mendidik dan mendampingi mereka sering tidak hadir dengan berbagai alasan. Atau sekalipun hadir hanya mengajar dengan asal-asalan saja... Bayaran yang tidak setimpal dengan perjuangan dan resiko yang harus mereka tempuh bukan???

Satu hal yang patut untuk kita cermati, bisa jadi kisah dalam foto-foto tersebut hanyalah sebuah "fenomena gunung es". Hanya sekelumit kisah yang muncul ke permukaan dari ribuan bahkan jutaan kisah problema seputar dunia pendidikan yang masih terkubur di dasar samudra. Mungkin masih banyak kisah-kisah serupa yang terjadi di berbagai penjuru nusantara yang sangat butuh untuk segera kita atasi. Ya... KITA.



Sumber Gambar:


Jumat, 03 Februari 2012

Implementasi Program Pendidikan Jasmani


Pada tulisan saya terdahulu, saya telah membahas mengenai definisi dan tujuan pendidikan jasmani. Di mana pemahaman yang benar mengenai dua hal tersebut sangatlah penting untuk dimiliki oleh seorang guru pendidikan jasmani. Selanjutnya, hal lain yang tidak kalah penting untuk dipahami oleh seorang guru pendidikan jasmani adalah mengenai model-model penerapan atau implementasi program pendidikan jasmani.

Mengapa hal ini begitu penting untuk dipahami oleh guru penjas ?

Jawabannya sudah sangat jelas, agar guru penjas dapat menentukan model atau pendekatan yang tepat bagi anak didik yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Model implementasi program pendidikan jasmani sendiri terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Namun demikian, perkembangan tersebut masih tetap berada dalam lingkup dan konsep dasarnya, yaitu “education through physical”.

Beberapa model implementasi program pendidikan jasmani yang banyak diterapkan di negara maju, terutama Amerika Serikat di antaranya:
  1. Movement Education : merupakan salah satu model implementasi penjas yang lebih menekankan pada penguasaan gerak.
  2. Fitness Approach : model ini lebih menekankan pada peningkatan kualitas kesegaran jasmani anak didiknya.
  3. Academic-Discipline Approach : model ini lebih menekankan pada penguasaan aspek akademis secara mendalam bagi para siswa.
  4. Social-Development Model : model implementasi penjas ini lebih menekankan pada pengembangan sosial-individu anak didik.
  5. Sport Education Model : model ini lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berolahraga.
  6. Developmental Education : model ini menempatkan anak didik sebagai pusat pertimbangan dalam pembuatan kurikulum.
  7. Eclectic Approach : merupakan model implementasi gabungan yang terdiri dari dua atau lebih model-model implementasi program pendidikan jasmani di atas.
Itulah sekilas mengenai beberapa model implementasi program pendidikan jasmani yang sering diterapkan di negara-negara maju. Di lain kesempatan saya akan mencoba membahas model-model tersebut dengan lebih terperinci lagi.

Semoga bermanfaat.



Referensi:
Suherman, Adang, MA., Drs. 1999/2000. Dasar-dasar Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Sumber gambar: www.solopos.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes