Rabu, 25 November 2015

Selamat Hari Guru, Guruku Tersayang !!!




Apa kabar sahabat Penjasorkes Zone semua? Hmm..... rasanya sudah lama sekali ya baru posting lagi di blog tercinta ini. 

Pada posting kali ini saya hanya ingin mengajak teman-teman sedikit bernostalgia, mengenang kembali masa lalu ketika kita masih kanak-kanak, saat kita masih mengenakan seragam putih merah... masa-masa indah bermain dan belajar di sekolah.....

Masa dimana kita mulai melihat dunia dari sudut pandang lain, dalam sudut pandang keilmuan.. Masa dimana kita mulai belajar membaca, menulis, dan berhitung... Masa dimana kita mulai diperkenalkan dengan apa itu cita-cita... Masa dimana jati diri kita mulai dibentuk sehingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini..

Dan pada akhirnya, ketika kita mengenang semua itu... maka ada satu sosok yang selalu mewarnai masa indah kita di sekolah... yang teramat sangat berjasa besar dalam hidup kita di samping orangtua kita... Dialah Bapak dan Ibu Guru kita....

Rasanya takkan pernah cukup kata untuk melukiskan betapa besar jasa mereka bagi kita.... 

Rasanya takkan pernah cukup waktu bagi kita untuk membalas jasa-jasa mereka... 

Hanya doa yang bisa terpanjat, semoga Allah memberi balasan yang terbaik atas semua jasa-jasanya.... 

Selamat Hari Guru... Guruku Tersayang......

Pagiku Cerahku Matahari bersinar
Kugendong tas merahku 
Di pundak

Selamat pagi semua
Kunantikan dirimu
Di depan kelasmu 
Menantikan kami

Guruku Tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terimakasihku

Nyatanya diriku
Kadang buatmu marah
Namun segala ma'af
Kau berikan

Minggu, 05 Februari 2012

Potret Pelajar Indonesia: Menantang Maut Demi Sekolah


Bukalah mata hati kita
Lihat perjuangan mereka !!!


Menantang maut, mempertaruhkan nyawa hanya untuk satu tujuan, tetap bersekolah...


Lihat juga foto-foto yang lainnya.
Klik "Open" untuk melihat foto.

Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket
Menantang maut :
Photobucket

Menantang maut, itulah kenyataan yang harus dihadapi oleh para pelajar dari Kampung Waru, Desa Sangiangtanjung, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Sebab untuk pergi dan pulang sekolah mereka harus melintasi sebuah jembatan gantung yang miring karena talinya putus. Mereka tidak punya pilihan lain, daripada harus memutar sejauh 6 kilometer untuk sampai ke sekolah.

Hmm... saya sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Hanya ada dua kata yang terlintas dalam benak saya, takjub dan miris. Takjub dengan keberanian dan perjuangan mereka hanya agar bisa tetap bersekolah, sekaligus miris menyaksikan kenyataan yang ada.

Kadang saya suka membayangkan, akan menjadi lebih ironis lagi ketika mereka, para pelajar tersebut tiba di sekolah, guru yang seharusnya mengajar, mendidik dan mendampingi mereka sering tidak hadir dengan berbagai alasan. Atau sekalipun hadir hanya mengajar dengan asal-asalan saja... Bayaran yang tidak setimpal dengan perjuangan dan resiko yang harus mereka tempuh bukan???

Satu hal yang patut untuk kita cermati, bisa jadi kisah dalam foto-foto tersebut hanyalah sebuah "fenomena gunung es". Hanya sekelumit kisah yang muncul ke permukaan dari ribuan bahkan jutaan kisah problema seputar dunia pendidikan yang masih terkubur di dasar samudra. Mungkin masih banyak kisah-kisah serupa yang terjadi di berbagai penjuru nusantara yang sangat butuh untuk segera kita atasi. Ya... KITA.



Sumber Gambar:


Jumat, 03 Februari 2012

Implementasi Program Pendidikan Jasmani


Pada tulisan saya terdahulu, saya telah membahas mengenai definisi dan tujuan pendidikan jasmani. Di mana pemahaman yang benar mengenai dua hal tersebut sangatlah penting untuk dimiliki oleh seorang guru pendidikan jasmani. Selanjutnya, hal lain yang tidak kalah penting untuk dipahami oleh seorang guru pendidikan jasmani adalah mengenai model-model penerapan atau implementasi program pendidikan jasmani.

Mengapa hal ini begitu penting untuk dipahami oleh guru penjas ?

Jawabannya sudah sangat jelas, agar guru penjas dapat menentukan model atau pendekatan yang tepat bagi anak didik yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Model implementasi program pendidikan jasmani sendiri terus mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Namun demikian, perkembangan tersebut masih tetap berada dalam lingkup dan konsep dasarnya, yaitu “education through physical”.

Beberapa model implementasi program pendidikan jasmani yang banyak diterapkan di negara maju, terutama Amerika Serikat di antaranya:
  1. Movement Education : merupakan salah satu model implementasi penjas yang lebih menekankan pada penguasaan gerak.
  2. Fitness Approach : model ini lebih menekankan pada peningkatan kualitas kesegaran jasmani anak didiknya.
  3. Academic-Discipline Approach : model ini lebih menekankan pada penguasaan aspek akademis secara mendalam bagi para siswa.
  4. Social-Development Model : model implementasi penjas ini lebih menekankan pada pengembangan sosial-individu anak didik.
  5. Sport Education Model : model ini lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berolahraga.
  6. Developmental Education : model ini menempatkan anak didik sebagai pusat pertimbangan dalam pembuatan kurikulum.
  7. Eclectic Approach : merupakan model implementasi gabungan yang terdiri dari dua atau lebih model-model implementasi program pendidikan jasmani di atas.
Itulah sekilas mengenai beberapa model implementasi program pendidikan jasmani yang sering diterapkan di negara-negara maju. Di lain kesempatan saya akan mencoba membahas model-model tersebut dengan lebih terperinci lagi.

Semoga bermanfaat.



Referensi:
Suherman, Adang, MA., Drs. 1999/2000. Dasar-dasar Penjaskes. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Sumber gambar: www.solopos.com

Kamis, 26 Januari 2012

Sekilas Mengenai Profesionalisme Guru

Belakangan ini, isu seputar profesionalisme guru sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Kondisi dan kualitas pendidikan di Indonesia yang oleh banyak kalangan dinilai buruk dianggap sebagai tanggungjawab para guru yang merupakan ujung tombak pendidikan. Kinerja dan profesionalisme guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik dipertanyakan dan dijadikan sorotan oleh banyak pihak, khususnya oleh pemerintah.

Atas dasar hal tersebut lahirlah program sertifikasi guru dari pemerintah. Dengan program tersebut diharapkan kinerja dan profesionalisme guru akan meningkat, yang pada akhirnya akan berimbas pada peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia beserta output-nya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, sudah sejauh mana kita sebagai seorang guru memahami apa itu profesionalisme guru, seperti apa atau bagaimana sebenarnya kriteria guru yang profesional itu??? Nah lo… :)

Saya sendiri sejujurnya tidak begitu paham mengenai profesionalisme guru ini. Yang saya pahami, seseorang akan dikatakan sebagai seorang profesional ketika dia mengerjakan tugas dan kewajiban yang embannya dengan sesuai dan sebaik mungkin. Dalam konteks guru, maka guru yang profesional adalah guru yang mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik dengan sebaik mungkin. Baik dalam hal mengajar, bimbingan dan konseling, pengerjaan administrasi, tugas-tugas tambahan, dan lain sebagainya.

Konsep guru profesional yang saya uraikan di atas tentunya masih belum mencukupi untuk memberikan sebuah gambaran yang utuh mengenai apa dan bagaimana guru yang profesional itu. Di samping memang itu hanya sebuah opini pribadi dari saya yang bodoh ini.

Tulisan ini saya buat hanya sebagai intermezzo saja. Pada kesempatan yang akan datang saya akan mencoba memberikan gambaran yang lebih terperinci lagi mengenai profesionalisme guru tersebut. Atau lebih tepatnya menyajikan pendapat para ahli yang lebih berkompeten dalam permasalahan ini. Sebagai salah satu upaya bagi saya khususnya, untuk belajar memahami lebih dalam lagi tentang profesionalisme guru ini. 

Ibarat sebuah makanan, untuk bisa membuatnya bukankah kita harus tahu terlebih dahulu seperti apa makanan tersebut, seperti apa bentuknya, rasanya, dan bagaimana cara membuatnya. Demikian pula untuk menjadi guru yang profesional, kita harus memahami dengan benar terlebih dahulu apa itu profesional, seperti apa dan bagaimana kriterianya sehingga kita bisa berupaya mewujudkannya, menjadi guru yang profesional.

Lho... malah lari ke makanan, bikin perut jadi keroncongan aja nih, hehehe :)

Sekian...



---------
Sumber gambar: www.republika.co.id

Rabu, 25 Januari 2012

Sejarah Masuknya Senam ke Indonesia

Sejarah senam Indonesia. Senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, pada masa penjajahan Belanda. Masuknya olahraga senam ini bersamaan dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah. Karena senam merupakan bagian dari penjaskes, maka dengan sendirinya senam juga turut diajarkan di sekolah.

Senam yang diperkenalkan pertama kali adalah senam sistem Jerman. Sistem ini menekankan pada kemungkinan gerak-gerak yang kaya sebagai alat pendidikan. Lalu pada tahun 1916, sistem itu digantikan oleh sistem Swedia yang lebih menekankan pada manfaat gerak. Sistem ini dibawa dan diperkenalkan oleh seorang perwira kesehatan dari angkatan laut  kerajaan Belanda yang bernama Dr. H. F. Minkema. Lewat Minkema inilah senam di Indonesia mulai tersebar, terutama ketika ia pada tahun 1918 membuka kursus senam Swedia di kota Malang untuk tentara dan guru.

Kendati demikian, cikal bakal penyebaran senam ini dianggap berawal dari Bandung. Alasannya, sekolah pertama yang berhubungan dengan senam didirikan di Bandung, ketika pada tahun 1922 dibuka MGSS (Militaire Gymnastiek en Sporschool). Mereka yang lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur senam Swedia di sekolah-sekolah. Melihat perkembangannya yang baik kemudian MGSS membuka cabang di beberapa daerah antara lain di Bogor, Malang, Surakarta, Medan, dan Probolinggo.

Masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 merupakan akhir dari kegiatan senam yang berbau barat di Indonesia. Jepang melarang semua bentuk senam di sekolah dan di lingkungan masyarakat dan menggantinya dengan “Taiso”. Taiso adalah sejenis senam pagi (berbentuk kalestenik) yang harus dilaksanakan di sekolah-sekolah sebelum pelajaran dimulai, dengan iringan radio yang disiarkan secara serentak. Sebelum dan sesudahnya, murid-murid diharuskan memberi hormat kepada Kaisar Jepang. Caranya, dengan mengikuti aba-aba yang dikumandangkan, yang berbunyi “sei kei rei”, semua murid harus membungkuk dalam-dalam menghadap ke utara (Tokyo) tempat Kaisar Tenno Heika berada.

Masa “Taiso” tidak berlangsung lama. Pada masa kemerdekaan senam yang diwajibkan Jepang ditentang di mana-mana. Dengan penolakan ini, semua warisan pemerintah Belanda akhirnya digunakan kembali di sekolah-sekolah.


Referensi:
Mahendra, Agus, MA. Senam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Selasa, 24 Januari 2012

Sistem Rangka Manusia

Sumber gambar: crayonpedia.org


Definisi Sistem Rangka Manusia

Sistem rangka (keletal/osseous system) manusia adalah suatu sistem yang disusun oleh sejumlah tulang (bones/osseous) dan sedikit rawan (cartilage) yang membentuk tubuh manusia. Dalam bahasa sehari-hari kita biasa menyebutnya jerangkong atau rorongkong.

Kerangka manusia dewasa disusun oleh 206 buah tulang, di mana satu dan lainnya ada yang dihubungkan secara langsung (persambungan) dan tidak langsung (persendian), serta diperkuat oleh jaringan ikat, rawan dan otot.

Fungsi Rangka Manusia

Kerangka manusia memiliki fungsi sebagai berikut:
  1. Penunjang dan pembentuk tubuh.
  2. Pelindung organ-organ vital.
  3. Tempat bertambatnya otot-otot.
  4. Tempat bertambahnya otot-otot.
  5. Tempat persediaan zat kapur (calsium) dan garam-garam.
  6. Tempat pembuatan sel-sel darah.

Klasifikasi Tulang

Tulang-tulang pada tubuh manusia memiliki bentuk yang beragam. Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang pada tubuh manusia dapat diklasifikasikan/dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu: (1) tulang panjang (pipa), (2) tulang pendek, (3) tulang pipih, dan (4) tulang tak beraturan bentuknya.

Tulang panjang (long bone), terdiri dari gandar (shaft) yang panjang dan dua ujung tulang. Gandar disusun oleh jaringan tulang padat (compact bone tissue). Di bagian dalam gandar terdapat lubang atau saluran berisi sumsum yang disebut saluran sumsum (medullary canal). Pada bagian ujung tulang biasanya lebih besar dibandingkan dengan gandarnya. Bagian ini disusun oleh jaringan tulang bunga karang (spongy/canellous tissue) dan sedikit dilapisi jaringan tulang padat.

Tulang panjang pada umumnya berfungsi sebagai alat penunjang dan alat gerak. Contoh tulang panjang antara lain: tulang lengan atas atau pangkal lengan (os humerus), tulang paha atau tungkai atas (os femur), tulang hasta (os ulna), dan tulang pengumpul (os radius).

Tulang pendek (short bone), disebut tulang pendek karena gandarnya pendek. Tulang pendek banyak terdapat pada tangan dan kaki. Contoh tulang pendek di antaranya: tulang-tulang telapak tangan (metatarsus bones) dan tulang-tulang jari tangan (phalangeus bones).

Tulang pipih (flat bone), biasanya disusun oleh dua atau lebih tulang padat datar yang dipisahkan oleh bunga karang. Pada umumnya tulang pipih bersama-sama dengan tulang lainnya membentuk rongga. Misalnya pada kepala, mereka membentuk rongga otak. Pada rangka dada mereka membentuk rongga dada. Contoh tulang pipih antara lain: tulang dada (os sternum) dan tulang ubun-ubun (os paristale).

Tulang tak beraturan bentuknya (irregular bone). Dalam tubuh manusia banyak tulang yang bentuknya tidak dapat dikelompokkan ke dalam ketiga kelompok khusus di atas, yaitu tulang yang tidak beraturan bentuknya. Contohnya antara lain adalah: tulang belakang (os sollumna vertebrata), tulang rahang bawah (os mandibula), dan tulang rahang atas (os maxilla).


(Disadur dari Diktat Anatomi Manusia (Drs. Amirulloh, M.Kes) dengan beberapa perubahan oleh penulis)

Rabu, 21 Desember 2011

Mari Kita Nyalakan Lilin!!!


Berhenti mengecam kegelapan. Nyalakan lilin!!!

Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu. 

-Indonesia Mengajar-


Membaca kutipan di atas, saya terhenyak... Selama ini, kondisi saya persis seperti apa yang digambarkan di atas. Selalu mengeluh dan mengecam "kegelapan" yang melanda dunia pendidikan di Indonesia.

Tak bisa kita pungkiri lagi, kualitas pendidikan kita dalam berbagai aspek masih tertinggal dari negara-negara lain. Banyak sekali kekurangan, keanehan, dan kejanggalan yang terjadi di lapangan yang sangat butuh untuk segera kita benahi.

Selama ini saya selalu mengeluh dan mengecam semerawutnya kondisi dunia pendidikan di Indonesia, atau bahkan membeberkan "aib" yang saya saksikan di lapangan (meski hanya berbentuk curhatan pada teman), tanpa pernah sedikitpun berpikir "siapa saya???", dan "apa yang telah saya perbuat untuk memperbaiki kondisi tersebut???". Mungkin, inilah memang penyakit kronis bangsa ini (atau mungkin saya pribadi), hanya bisa mencaci tanpa bisa memberi solusi. Selalu menuding orang lain tanpa bernah berkaca pada diri. 

Setelah membaca kutipan di atas, rasanya saya malu kepada diri saya sendiri. Saya dan pastinya kita semua menyadari bahwa maju dan mundurnya kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama, semua stakeholder di bidang pendidikan terlebih para guru yang merupakan ujung tombak perjuangan di lapangan. Maka yang harus kita pahami dengan benar adalah kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia sesuai dengan porsi dan kapasitasnya masing-masing. Semua berada di tangan kita semua.

Mungkin sudah saatnya sekarang kita berpikir, "apa yang telah saya perbuat???", "apa yang harus saya perbuat???", dan "apa yang akan saya perbuat???" untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kita mulai berjuang sesuai dengan porsi kita masing-masing. 

Bagi para pendidik seperti saya, mulailah dengan berusaha menjadi pendidik yang baik, yang menyadari, memahami, dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sepenuh hati. Didik anak didik kita dengan keteladanan dan jangan pernah lelah untuk terus belajar dan memperkaya kompetensi kita sebagai seorang pendidik.

Seperti kalimat yang sering diucapkan oleh seorang penceramah, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari sekarang!!!

Mari kita nyalakan lilin!!!


#Tulisan ini hanya sekedar pendapat pribadi, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan...

Selasa, 20 Desember 2011

Tujuan Pendidikan Jasmani


Tujuan pendidikan jasmani. Sama halnya dengan pengertian pendidikan jasmani, tujuan pendidikan jasmani pun sering dituturkan dalam redaksi yang beragam. Namun, keragaman tujuan penuturan tujuan pendidikan jasmani tersebut pada dasarnya bermuara pada pengertian pendidikan jasmani itu sendiri. 

Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, bahwa pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani.

Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani pun mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya terfokus pada aspek fisik saja, melainkan juga aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
  • Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).
  • Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna (skillfull).
  • Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
  • Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

#Diringkas dari Modul Dasar-Dasar Penjaskes karya Drs. Adang Suherman, MA. hal: 22-23.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes