Kamis, 26 Januari 2012

Sekilas Mengenai Profesionalisme Guru

Belakangan ini, isu seputar profesionalisme guru sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. Kondisi dan kualitas pendidikan di Indonesia yang oleh banyak kalangan dinilai buruk dianggap sebagai tanggungjawab para guru yang merupakan ujung tombak pendidikan. Kinerja dan profesionalisme guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik dipertanyakan dan dijadikan sorotan oleh banyak pihak, khususnya oleh pemerintah.

Atas dasar hal tersebut lahirlah program sertifikasi guru dari pemerintah. Dengan program tersebut diharapkan kinerja dan profesionalisme guru akan meningkat, yang pada akhirnya akan berimbas pada peningkatan kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia beserta output-nya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, sudah sejauh mana kita sebagai seorang guru memahami apa itu profesionalisme guru, seperti apa atau bagaimana sebenarnya kriteria guru yang profesional itu??? Nah lo… :)

Saya sendiri sejujurnya tidak begitu paham mengenai profesionalisme guru ini. Yang saya pahami, seseorang akan dikatakan sebagai seorang profesional ketika dia mengerjakan tugas dan kewajiban yang embannya dengan sesuai dan sebaik mungkin. Dalam konteks guru, maka guru yang profesional adalah guru yang mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik dengan sebaik mungkin. Baik dalam hal mengajar, bimbingan dan konseling, pengerjaan administrasi, tugas-tugas tambahan, dan lain sebagainya.

Konsep guru profesional yang saya uraikan di atas tentunya masih belum mencukupi untuk memberikan sebuah gambaran yang utuh mengenai apa dan bagaimana guru yang profesional itu. Di samping memang itu hanya sebuah opini pribadi dari saya yang bodoh ini.

Tulisan ini saya buat hanya sebagai intermezzo saja. Pada kesempatan yang akan datang saya akan mencoba memberikan gambaran yang lebih terperinci lagi mengenai profesionalisme guru tersebut. Atau lebih tepatnya menyajikan pendapat para ahli yang lebih berkompeten dalam permasalahan ini. Sebagai salah satu upaya bagi saya khususnya, untuk belajar memahami lebih dalam lagi tentang profesionalisme guru ini. 

Ibarat sebuah makanan, untuk bisa membuatnya bukankah kita harus tahu terlebih dahulu seperti apa makanan tersebut, seperti apa bentuknya, rasanya, dan bagaimana cara membuatnya. Demikian pula untuk menjadi guru yang profesional, kita harus memahami dengan benar terlebih dahulu apa itu profesional, seperti apa dan bagaimana kriterianya sehingga kita bisa berupaya mewujudkannya, menjadi guru yang profesional.

Lho... malah lari ke makanan, bikin perut jadi keroncongan aja nih, hehehe :)

Sekian...



---------
Sumber gambar: www.republika.co.id

Rabu, 25 Januari 2012

Sejarah Masuknya Senam ke Indonesia

Sejarah senam Indonesia. Senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, pada masa penjajahan Belanda. Masuknya olahraga senam ini bersamaan dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah. Karena senam merupakan bagian dari penjaskes, maka dengan sendirinya senam juga turut diajarkan di sekolah.

Senam yang diperkenalkan pertama kali adalah senam sistem Jerman. Sistem ini menekankan pada kemungkinan gerak-gerak yang kaya sebagai alat pendidikan. Lalu pada tahun 1916, sistem itu digantikan oleh sistem Swedia yang lebih menekankan pada manfaat gerak. Sistem ini dibawa dan diperkenalkan oleh seorang perwira kesehatan dari angkatan laut  kerajaan Belanda yang bernama Dr. H. F. Minkema. Lewat Minkema inilah senam di Indonesia mulai tersebar, terutama ketika ia pada tahun 1918 membuka kursus senam Swedia di kota Malang untuk tentara dan guru.

Kendati demikian, cikal bakal penyebaran senam ini dianggap berawal dari Bandung. Alasannya, sekolah pertama yang berhubungan dengan senam didirikan di Bandung, ketika pada tahun 1922 dibuka MGSS (Militaire Gymnastiek en Sporschool). Mereka yang lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur senam Swedia di sekolah-sekolah. Melihat perkembangannya yang baik kemudian MGSS membuka cabang di beberapa daerah antara lain di Bogor, Malang, Surakarta, Medan, dan Probolinggo.

Masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 merupakan akhir dari kegiatan senam yang berbau barat di Indonesia. Jepang melarang semua bentuk senam di sekolah dan di lingkungan masyarakat dan menggantinya dengan “Taiso”. Taiso adalah sejenis senam pagi (berbentuk kalestenik) yang harus dilaksanakan di sekolah-sekolah sebelum pelajaran dimulai, dengan iringan radio yang disiarkan secara serentak. Sebelum dan sesudahnya, murid-murid diharuskan memberi hormat kepada Kaisar Jepang. Caranya, dengan mengikuti aba-aba yang dikumandangkan, yang berbunyi “sei kei rei”, semua murid harus membungkuk dalam-dalam menghadap ke utara (Tokyo) tempat Kaisar Tenno Heika berada.

Masa “Taiso” tidak berlangsung lama. Pada masa kemerdekaan senam yang diwajibkan Jepang ditentang di mana-mana. Dengan penolakan ini, semua warisan pemerintah Belanda akhirnya digunakan kembali di sekolah-sekolah.


Referensi:
Mahendra, Agus, MA. Senam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Selasa, 24 Januari 2012

Sistem Rangka Manusia

Sumber gambar: crayonpedia.org


Definisi Sistem Rangka Manusia

Sistem rangka (keletal/osseous system) manusia adalah suatu sistem yang disusun oleh sejumlah tulang (bones/osseous) dan sedikit rawan (cartilage) yang membentuk tubuh manusia. Dalam bahasa sehari-hari kita biasa menyebutnya jerangkong atau rorongkong.

Kerangka manusia dewasa disusun oleh 206 buah tulang, di mana satu dan lainnya ada yang dihubungkan secara langsung (persambungan) dan tidak langsung (persendian), serta diperkuat oleh jaringan ikat, rawan dan otot.

Fungsi Rangka Manusia

Kerangka manusia memiliki fungsi sebagai berikut:
  1. Penunjang dan pembentuk tubuh.
  2. Pelindung organ-organ vital.
  3. Tempat bertambatnya otot-otot.
  4. Tempat bertambahnya otot-otot.
  5. Tempat persediaan zat kapur (calsium) dan garam-garam.
  6. Tempat pembuatan sel-sel darah.

Klasifikasi Tulang

Tulang-tulang pada tubuh manusia memiliki bentuk yang beragam. Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang pada tubuh manusia dapat diklasifikasikan/dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu: (1) tulang panjang (pipa), (2) tulang pendek, (3) tulang pipih, dan (4) tulang tak beraturan bentuknya.

Tulang panjang (long bone), terdiri dari gandar (shaft) yang panjang dan dua ujung tulang. Gandar disusun oleh jaringan tulang padat (compact bone tissue). Di bagian dalam gandar terdapat lubang atau saluran berisi sumsum yang disebut saluran sumsum (medullary canal). Pada bagian ujung tulang biasanya lebih besar dibandingkan dengan gandarnya. Bagian ini disusun oleh jaringan tulang bunga karang (spongy/canellous tissue) dan sedikit dilapisi jaringan tulang padat.

Tulang panjang pada umumnya berfungsi sebagai alat penunjang dan alat gerak. Contoh tulang panjang antara lain: tulang lengan atas atau pangkal lengan (os humerus), tulang paha atau tungkai atas (os femur), tulang hasta (os ulna), dan tulang pengumpul (os radius).

Tulang pendek (short bone), disebut tulang pendek karena gandarnya pendek. Tulang pendek banyak terdapat pada tangan dan kaki. Contoh tulang pendek di antaranya: tulang-tulang telapak tangan (metatarsus bones) dan tulang-tulang jari tangan (phalangeus bones).

Tulang pipih (flat bone), biasanya disusun oleh dua atau lebih tulang padat datar yang dipisahkan oleh bunga karang. Pada umumnya tulang pipih bersama-sama dengan tulang lainnya membentuk rongga. Misalnya pada kepala, mereka membentuk rongga otak. Pada rangka dada mereka membentuk rongga dada. Contoh tulang pipih antara lain: tulang dada (os sternum) dan tulang ubun-ubun (os paristale).

Tulang tak beraturan bentuknya (irregular bone). Dalam tubuh manusia banyak tulang yang bentuknya tidak dapat dikelompokkan ke dalam ketiga kelompok khusus di atas, yaitu tulang yang tidak beraturan bentuknya. Contohnya antara lain adalah: tulang belakang (os sollumna vertebrata), tulang rahang bawah (os mandibula), dan tulang rahang atas (os maxilla).


(Disadur dari Diktat Anatomi Manusia (Drs. Amirulloh, M.Kes) dengan beberapa perubahan oleh penulis)

Rabu, 21 Desember 2011

Mari Kita Nyalakan Lilin!!!


Berhenti mengecam kegelapan. Nyalakan lilin!!!

Ini negeri besar dan akan lebih besar. Sekedar mengeluh dan mengecam kegelapan tidak akan mengubah apapun. Nyalakan lilin, lakukan sesuatu. 

-Indonesia Mengajar-


Membaca kutipan di atas, saya terhenyak... Selama ini, kondisi saya persis seperti apa yang digambarkan di atas. Selalu mengeluh dan mengecam "kegelapan" yang melanda dunia pendidikan di Indonesia.

Tak bisa kita pungkiri lagi, kualitas pendidikan kita dalam berbagai aspek masih tertinggal dari negara-negara lain. Banyak sekali kekurangan, keanehan, dan kejanggalan yang terjadi di lapangan yang sangat butuh untuk segera kita benahi.

Selama ini saya selalu mengeluh dan mengecam semerawutnya kondisi dunia pendidikan di Indonesia, atau bahkan membeberkan "aib" yang saya saksikan di lapangan (meski hanya berbentuk curhatan pada teman), tanpa pernah sedikitpun berpikir "siapa saya???", dan "apa yang telah saya perbuat untuk memperbaiki kondisi tersebut???". Mungkin, inilah memang penyakit kronis bangsa ini (atau mungkin saya pribadi), hanya bisa mencaci tanpa bisa memberi solusi. Selalu menuding orang lain tanpa bernah berkaca pada diri. 

Setelah membaca kutipan di atas, rasanya saya malu kepada diri saya sendiri. Saya dan pastinya kita semua menyadari bahwa maju dan mundurnya kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama, semua stakeholder di bidang pendidikan terlebih para guru yang merupakan ujung tombak perjuangan di lapangan. Maka yang harus kita pahami dengan benar adalah kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia sesuai dengan porsi dan kapasitasnya masing-masing. Semua berada di tangan kita semua.

Mungkin sudah saatnya sekarang kita berpikir, "apa yang telah saya perbuat???", "apa yang harus saya perbuat???", dan "apa yang akan saya perbuat???" untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Kita mulai berjuang sesuai dengan porsi kita masing-masing. 

Bagi para pendidik seperti saya, mulailah dengan berusaha menjadi pendidik yang baik, yang menyadari, memahami, dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sepenuh hati. Didik anak didik kita dengan keteladanan dan jangan pernah lelah untuk terus belajar dan memperkaya kompetensi kita sebagai seorang pendidik.

Seperti kalimat yang sering diucapkan oleh seorang penceramah, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari sekarang!!!

Mari kita nyalakan lilin!!!


#Tulisan ini hanya sekedar pendapat pribadi, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan...

Selasa, 20 Desember 2011

Tujuan Pendidikan Jasmani


Tujuan pendidikan jasmani. Sama halnya dengan pengertian pendidikan jasmani, tujuan pendidikan jasmani pun sering dituturkan dalam redaksi yang beragam. Namun, keragaman tujuan penuturan tujuan pendidikan jasmani tersebut pada dasarnya bermuara pada pengertian pendidikan jasmani itu sendiri. 

Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, bahwa pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani.

Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani pun mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya terfokus pada aspek fisik saja, melainkan juga aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

Secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
  • Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).
  • Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna (skillfull).
  • Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
  • Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

#Diringkas dari Modul Dasar-Dasar Penjaskes karya Drs. Adang Suherman, MA. hal: 22-23.

Selasa, 16 Agustus 2011

Definisi Pendidikan Jasmani

Definisi pendidikan jasmani. Sebagian orang sering keliru dalam mendefinisikan pendidikan jasmani. Mereka sering menganggap bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga. Secara sederhana, pendidikan jasmani didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Tujuannya adalah pengembangan individu yang diperoleh melalui pengalaman gerak. 

Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan jasmani didefinisikan sebagai proses pembelajaran melalui kegiatan fisik yang dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sportif, dan kecerdasan emosional. Dengan demikian, Pendidikan Jasmani tidak hanya ditujukan untuk pembangunan fisik tetapi juga mencakup pengembangan individu secara menyeluruh.

Beberapa definisi pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
  1. Barrow mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui aktivitas gerak manusia di mana banyak dari tujuan pendidikan yang dicapai melalui kegiatan otot besar yang melibatkan olahraga, permainan, senam, tari dan latihan.
  2. Jackson R. Sharman menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan yang berlangsung melalui kegiatan yang melibatkan mekanisme motorik tubuh manusia yang menghasilkan pola perilaku individu.
  3. Charles A. Bucher mengemukakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
  4. Central Advisory Board of physical Education and Recreation mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui aktivitas fisik untuk pengembangan total kepribadian anak untuk keutuhan dan kesempurnaan tubuh, pikiran dan jiwa.
  5. Abdul Kadir Ateng menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
  6. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.


Referensi:
  1. http://bodyfitnesshealth.com
  2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

    Sabtu, 30 Juli 2011

    Menjadi Guru Penjas Itu Mudah (?)


    Dulu, saya selalu berpikir bahwa menjadi seorang guru Penjas itu sangat mudah. Cukup dengan menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli untuk perempuan, kemudian guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan sambil minum kopi dan merokok.

    Hal inilah yang selalu tertanam dalam pikiran saya karena memang itulah aktivitas pembelajaran Penjas yang sering saya alami ketika sekolah dulu. Bahkan, sejujurnya ini pula lah alasan saya dulu ketika memilih kuliah di jurusan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

    Jadi guru Penjas aja ah, kan gampang kerjanya, tinggal kasih bola trus kitanya santai di pinggir lapangan… :)

    Saya rasa hal ini pula lah yang sering dipahami oleh sebagian besar masyarakat awam bahkan oleh sebagian guru Penjas, bahwa pelajaran pendidikan jasmani itu mudah dan dapat dilaksanakan seadanya, yang penting anak bergerak dan berkeringat, itu sudah cukup.

    Lalu, apakah benar menjadi seorang guru Penjas itu mudah? Apakah benar pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani sesederhana gambaran di atas? Tentu saja tidak.

    Pemahaman yang keliru tentang pendidikan jasmani tersebut seringkali muncul karena ketidakpahaman masyarakat awam maupun guru Penjas itu sendiri tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping mungkin karena guru Penjas tersebut kurang mencintai tugasnya dengan sepenuh hati.

    Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya?

    Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:
    Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. 
    Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau proses mendidik anak melalui aktivitas jasmani. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat atau media yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar.

    Gerak itu dirancang secara sadar oleh guru dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.

    Untuk mewujudkan tujuan tersebut, seorang guru Penjas seharusnya memiliki kemampuan dasar umum yang memadai yang mencakup penguasaan dan pengorganisasi materi yang hendak diajarkan dan penguasaan metode penyampaian seta penilaiannya.

    Secara rinci kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru penjas diantaranya;
    1. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi karakteristik anak tentang pertumbuhan fisik, perkembangan mental, perkembangan sosial dan emosional sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.
    2. Guru penjas harus mampu membangkitkan dan memberi kesempatan pada anak untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, serta mampu menumbuhkembangkan potensi kemampuan dan keterampilan motorik anak.
    3. Mampu memberikan bimbingan dan pengembangan anak dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.
    4. Dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menilai serta mengoreksi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
    5. Guru penjas harus memahami dan menguasai keterampilan gerak yang baik.
    6. Berkemampuan tentang unsur-unsur kondisi fisik.
    7. Memiliki kemampuan untuk menciptakan, mengembangkan, dan memanfaatkan faktor-faktor lingkungan yang ada dalam upaya mencapai tujuan pendidikan jasmani.
    8. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dalam dunia olahraga dan menyalurkan hobi peserta didik dalam dunia olahraga. 
    Jika kita memahami dengan baik tentang apa itu pendidikan jasmani dan apa pula tujuannya, kita akan menyadari bahwa sesungguhnya betapa berat tugas seorang guru Penjas itu. Kini setelah sedikit demi sedikit belajar tentang hakikat pendidikan jasmani dan berusaha menerapkannya di lapangan, saya tak lagi berpikiran bahwa menjadi guru Penjas itu mudah.

    Bagaimana dengan anda, masihkah berpikir menjadi guru Penjas itu mudah ?

    Minggu, 24 Juli 2011

    Daftar Isi


    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes